Minggu, 14 November 2010
Forex Trading Strategy Using ICWR
Pegerakan searah atau koreksi harga tersebut disebut dengan Impulsive Corrective Waves Retracement (ICWR) Phenomena.
Ebook ini membahas strategi forex trading dengan menggunakan ICWR. kapan trader harus memasuki pasar dan kapan keluar dari pasar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selamat mencoba.
Download.
Sabtu, 28 Agustus 2010
Manufacturing Cost & Cost of Goods Sold
Elemen-elemen biaya produk terdiri dari:
1. Biaya bahan baku
Semua yang dibeli perusahaan dari pemasok yang akan digunakan untuk memproduksi barang jadi.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Renumerasi yang diberikan perusahaan kepada pekerja yang terkait langsung dengan proses produksi.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya-biaya yang terkait dengan proses produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Biaya Produk (Product Cost)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya elemen biaya produk terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Semua biaya tersebut akan membentuk biaya produk. Biaya-biaya tersebut akan dikapitalisasi sebagai aset sampai produk tersebut dijual ke konsumen. Jadi, biaya produk akan terlebih dahulu membentuk nilai persediaan di neraca sebelum dibebankan ke laporan laba rugi
menjadi harga pokok penjualan pada saat produk dijual ke konsumen.
Biaya Periode (Period Cost)
Berbeda halnya dengan biaya produk, biaya periode akan langsung dibebankan ke laporan laba rugi pada saat terjadinya. Yang termasuk dalam biaya periode seperti biaya penjualan dan marketing, biaya administrasi umum.
Pemisahan antara biaya produk (product cost) dan biaya periode (Period cost) ini penting mengingat standar akuntansi tidak membolehkan biaya periode membentuk nilai persediaan.
Untuk lebih lengkapnya silahkan download.
Minggu, 18 April 2010
Asset Regiters & Depreciation Template
Metode penyusutan yang digunakan dalam template ini adalah garis lurus, mengingat metode ini yang paling banyak digunakan dalam praktek.
Template ini dijual dengan harga Rp 50.000, dan untuk pembelian anda bisa mentransfer ke rekening Mandiri atau melalui paypal:
No.rekening: 155-00-0903496-1, A.n : Andriana
atau paypal email: andrianaand@gmail.com
setelah mentransfer harap sms konfirmasi yang berisi: "Telah Transfer mandiri untuk pembelian Template Aset register dari [sebutkan nama anda dan email anda]"
Berikut disediakan contoh template untuk anda download. Download Contoh Tempalte.
Jumat, 12 Maret 2010
APLIKASI PERSEDIAAN DENGAN MS,EXCEL (INVENTORY APPLICATION USING MS.EXCEL)
Aplikasi ini memiliki kelengkapan sheet-sheet sebagai berikut:
Tampilan Laporan Harga Pokok Penjualan |
Tampilan Rekapitulasi Persediaan |
Dapatkan segera aplikasi persediaan ini dengan harga yang relatif murah hanya Rp 50.000,-. pembayaran dapat dilakukan dengan cara transfer ke:
Bank Mandiri No. Rek:
An. Andriana
setelah anda mentransfer, maka anda akan mendapatkan aplikasi persediaan dan buku panduan operasi aplikasi tersebut.
Dapatkan brosur dan contoh aplikasi dengan mendowload link dibawah ini.
Download Brosur.
Download Contoh Aplikasi
Jumat, 05 Maret 2010
ALOKASI BIAYA (COST ALLOCATION)
Alokasi biaya merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi manajemen. Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti produk, kelompok pelanggan, aktivitas, dan divisi.
Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi (operating departement) dan departemen jasa (supporting departemen). Departemen operasi merupakan departemen yang secara langsung memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa. Sementara departemen jasa merupakan departemen yang memberikan jasa yang membantu departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen jasa yang lain.
Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa (supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya dialokasikan ke produk atau jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost driver) yang tepat.
Dalam jangka panjang, penetapan harga jual suatu produk harus mampu menutup seluruh biaya yang terjadi di perusahaan, baik yang terjadi di departemen jasa maupun di departemen produksi. Oleh karena itu, akuntan sering kali menghitung biaya produk atau jasa didasarkan pada biaya penuh (full cost).
Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang secara langsung dapat ditelusuri ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa. Tetapi biaya tidak langsung (indirect cost) memiliki sifat tidak dapat ditelusuri secara langsung ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa, sehingga harus dialokasikan ke produk atau jasa dalam rangka menghitung seluruh biaya.
Berdasarkan survey menurut Horngren, Datar, Foster terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan alokasi biaya, diantaranya:
- Untuk menghitung biaya produk atau jasa.
- Untuk mengevaluasi dan mengingatkan divisi pusat laba (profit centre) bahwa biaya tidak langsung ada dan keuntungan pada divisi pusat laba (profit centre) harus mampu menutup biaya perusahaan (corporate cost) tidak hanya biaya yang terjadi pada divisinya saja.
- Merangsang divisi pusat laba untuk menggunakan jasa internal secara efisien.
Metode Alokasi Biaya
Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi, yaitu:
- Metode langsung (direct methode)
- Metode bertahap (step methode)
- Metode timbal balik (resiprocal methode)
Dalam tulisan singkat ini akan coba membahas tentang tiga metode tersebut.
Metode Langsung
Metode ini paling banyak digunakan karena lebih sederhana dibanding dengan metode lainnya. Dalam metode ini, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa dialokasikan secara langsung ke departemen operasi tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya. Dengan kata lain, metode ini tidak mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan diantara departemen jasa yang lain.
Gambar 1 Metode Langsung
Dari gambar 1 diatas, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa 1 dan departemen jasa 2 langsung dialokasikan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2.
Metode Bertahap
Dalam metode ini, salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi. Pemilihan departemen jasa yang pertama kali dipilih untuk dialokasikan didasarkan pada departemen jasa mana yang memberikan jasa lebih besar ke departemen jasa lainnya.
Gambar 2 Metode Bertahap
Dari gambar 2 diatas, departemen jasa 1 dialokasikan pertama kali biayanya ke departemen jasa 2 dan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2, kemudian departemen jasa 2 mengalokasikan seluruh biayanya ke departemen operasi 1 dan 2.
Metode Timbal Balik
Dalam metode ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan antara satu departemen jasa dengan departemen jasa lainnya. Berbeda dengan metode bertahap dimana departemen jasa 1 yang dialokasikan pertama kali tidak menerima kembali biaya dari departemen jasa 2. Sementara dalam metode timbal balik semua departemen jasa akan saling menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung dari jasa yang diterimanya.
Gambar 3 Metode Timbal Balik
Dalam gambar 3 diatas, departemen jasa 1 menerima biaya dari departemen jasa 2, begitu juga departemen jasa 2 menerima biaya dari departemen jasa 1.
Berikut saya sediakan contoh kasus alokasi biaya dengan Ms.Excel:
Download: Metode Langsung – Objek Biaya Departemen.
Download: Metode Bertahap – Objek Biaya Departemen.
Download: Metode Timbal Balik – Objek Biaya Departemen.
BIAYA BERBASIS AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)
Biaya berbasis aktivitas atau activity based costing (ABC) merupakan sistem penentuan biaya yang membebankan biaya ke objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Aktivitas disini dapat berupa kejadian, tugas, atau unit kerja yang memiliki tujuan tertentu. Jadi, dengan sistem ABC biaya akan dihitung pada masing-masing aktivitas dan dibebankan ke objek biaya berdasarkan konsumsi dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
ABC memusatkan perhatiannya pada biaya tidak langsung (indirect cost). Hal ini karena biaya tidak langsung merupakan biaya yang sulit untuk ditelusuri terhadap objek biaya. Sementara biaya langsung dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya.
Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut disebut drivers. Sebuah driver sumber daya (resource driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya sumber daya ke aktivitas-aktivitas yang berbeda. Driver aktivitas (activity driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya akhir.
Gambaran umum ABC
Suatu keterbatasan dari sistem penentuan biaya tradisional adalah mengalokasikan biaya tidak langsung dengan menggunakan tarif tunggal atau berbasis volume. Kenyataannya banyak biaya tidak langsung yang tidak berbasis volume, sehingga dapat mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya produk. ABC membantu dalam mengurangi masalah tersebut.
Tahapan Dalam Merancang ABC
Tiga tahapan dalam merancang ABC adalah 1)mengidentifikasi objek biaya yang dipilih, 2)mengidentifikasi biaya dan aktivitas, 3)membebankan biaya tidak langsung ke aktivitas, 4)membebankan biaya aktivitas ke objek biaya, 5) menghitung jumlah biaya untuk objek biaya baik biaya langsung maupun tidak langsung.
2.1 Mengidentifikasi Objek Biaya yang Dipilih
Tahap pertama dalam merancang ABC adalah mengidentifikasi objek biaya. Objek biaya disini bisa berupa produk atau jasa, pelanggan, dan lain sebagainya.
2.2 Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas
Selanjutnya perlu untuk mengidentifikasi biaya dan aktivitas. Proses identifikasi biaya terdiri dari identifikasi biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengen objek biaya yang dipilih. Biaya-biaya tersebut dapat diperoleh dari rekening buku besar atau bagan rekening yang perusahaan miliki.
Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:
a. Aktivitas berlevel unit atau volume yaitu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap unit produk. Contohnya, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, jumlah unit yang dihasilkan, dan lain sebagainya.
b. Aktivitas berlevel batch atau kelompok yaitu aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok produk yang dihasilkan atau diproduksi atau dijual. Contohnya, jam setup, pesanan produksi, permintaan material, dan lain sebagainya.
c. Aktivitas untuk mendukung produk atau jasa yaitu aktivitas yang dilakukan untuk membantu produksi produk atau jasa. Contohnya, perubahan desain produk, jam desain produk, dan lain sebagainya.
d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Contohnya, biaya administrasi umum (termasuk sewa dan keamanan gedung), pajak properti, manajemen pabrik, dan lain sebagainya.
2.3 Membebankan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas
Setelah dilakukan identifikasi biaya dan analisis aktivitas, biaya-biaya tidak langsung dialokasikan ke pusat biaya aktivitas dengan menggunakan driver sumber daya (resources driver). Sehingga biaya-biaya tidak langsung tersebut akan dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas.
2.4 Membebankan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya
Setelah biaya-biaya tidak langsung dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas, selanjutnya pusat biaya aktivitas tersebut dibebankan ke objek biaya yang dipilih menggunakan driver aktivitas (activity driver).
2.5 Menghitung Jumlah Biaya dari Objek Biaya dengan Menambahkan Biaya Langsung dan Tidak Langsung
Setelah membebankan biaya tidak langsung ke objek biaya, selanjutnya ditambahkan dengan biaya langsung untuk objek biaya tersebut sehingga diperoleh jumlah biaya untuk objek biaya yang dihitung.
Berikut saya sediakan contoh kasus model ABC dengan Ms.Excel:
Download: ABC vs Traditional Costing.
Download: ABC dalam Process Costing.
Download: ABC dalam Profitabilitas Produk.
BIAYA PRODUK BERSAMA DAN SAMPINGAN (JOIN COST AND BY PRODUCTS)
1.1 Pengantar
Gambar: Biaya Proses Produk Bersama dan Proses Lebih Lanjut |
1.2 Metode Alokasi Biaya Produk Bersama
Metode ukuran fisik (physical measure method).
1.3 Perlakuan Akuntansi Untuk Produk Sampingan
Berikut saya sediakan contoh model biaya produk bersama dengan menggunakan Ms.Excel.
Download: Join cost - Penjualan pada Titik Pisah.
Download: Join cost – Nilai Realisasi Bersih.
Download: Join cost - by product
Download: Join cost – Jual atau Proses Lebih Lanjut
Selasa, 09 Februari 2010
COST VOLUME PROFIT ANALYSIS (ANALISIS BIAYA VOLUME LABA)
Analisis biaya volume laba (BVL) merupakan alat analisis bagi manajemen tentang hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan melakukan analisis BVL dapat diketahui hubungan antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan jumlah biaya (biaya tetap dan variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Analisis BVL tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi pada laba, tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Organisasi tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan untuk membantu organisasi dalam mengendalikan biaya.
Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:
- Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
- Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
- Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau kegiatan dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.
2. Titik Impas (Break Event Point)
Titik impas (break event point - BEP) adalah suatu titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya, dengan kata lain laba sama dengan nol. Tujuan dari perusahaan pada umumnya untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan. Dengan adanya analisis titik impas ini perusahaan dapat merencanakan tingkat volume produksi dan atau penjualan yang akan menghasilkan laba.
Titik impas dapat dihitung dalam volume penjualan (unit) atau dalam nilai moneter (rupiah). Untuk menghitung titik impas dalam unit dapat menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
- BEP (unit) = titik impas dalam unit.
- FC = jumlah biaya tetap (fixed cost).
- P = harga jual per unit (price)
- VC = biaya variabel per unit (variable cost)
Sementara untuk menghitung titik impas dalam nilai moneter dapat menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
- BEP (rupiah) = titik impas dalam rupiah.
- FC = jumlah biaya tetap.
- 1 = konstanta.
- VC = biaya variabel per unit.
- P = harga jual per unit.
Ketika perusahaan memiliki lebih dari satu produk, manajemen akan dihadapkan pada pilihan komposisi produk yang akan dijual untuk mendapatkan laba maksimum. Dalam menghitung titik impas untuk lebih dari satu produk diperlukan suatu asumsi komposisi penjualan setiap produk adalah konstan. Sehingga dengan asumsi ini dapat dihitung kontribusi margin rata-rata tertimbangnya. Ketika terjadi perubahan komposisi produk, maka titik impas perlu dihitung ulang.untuk komposisi produk yang baru.
3. Margin of Safety
Margin of safety atau batas aman merupakan selisih penjualan yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Margin of safety biasanya dinyatakan dalam rasio atau persentase yang digambarkan sebagai berikut:
Perusahaan perlu menghitung margin of safety untuk mengetahui berapa penjualan bisa turun dari rencana ke tingkat yang dapat ditoleransi sebelum perusahaan menderita kerugian. Margin of safety merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan rencana penjualan.
Download model CVP - Analisis Titik Impas Bauran Produk
Sabtu, 30 Januari 2010
SEJARAH SAK
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku "Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)."
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku "Prinsip Akuntansi Indonesia 1984" dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku "Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994." Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku "Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007" ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
Sumber: http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2
Rabu, 27 Januari 2010
ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis
Secara umum perbedaan antara ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis dengan PSAK 22: Penggabungan Usaha adalah sebagai berikut:
Perihal | ED PSAK 22 (revisi 2010) | PSAK 22 |
Ruang lingkup | Pengecualian untuk: - Under common control. - Pembentukan ventura bersama akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan bagian dari bisnis | Pengecualian untuk: - Under common control. - Pembentukan ventura bersama |
Metode pencatatan | Purchase mothod | - Purchase method - Pooling of interest |
Biaya yang terkait dengan perolehan akuisisi | Biaya terkait akuisisi dibebenkan pada periode berjalan | Biaya terkait akuisisi sebagai bagian biaya akuisisi |
Pengukuran aset dan liabilitas | Nilai wajar mengacu ke SAK lain | Terdapat panduan tersendiri untuk menentukan nilai wajar dari pos-pos aset dan liabilitas |
Akuisisi bertahap | - Mengukur kembali kepemilikan sebelumnya pada nilai wajar tanggal akuisisi. - Selisih antara hasil pengukuran kembali tersebut dengan nilai tercatat sebelumnya diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi. | Kepemilikan diukur pada nilai wajar saat perolehan ( tidak ada pengukuran kembali) |
Pengukuran kepentingan non-pengendali | - Berdasarkan nilai wajar, atau - Berdasarkan proporsi aset neto teridentifikasi | Berdasarkan nilai tercatat aset neto |
Goodwill | - Goodwill = Biaya akuisisi – jumlah neto aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih.
- Goodwill diuji penurunan nilai setiap akhir periode | - Goodwill = Biaya akuisisi – nilai wajar aset dan liabilitas – hak minoritas (berdasarkan nilai tercatat aset dan liabilitas). - Goodwill diamortisasi selama 5 sd 20 tahun.
|
Goodwill negatif | Diakui sebagai keuntungan periode berjalan | Diakui sebagai pendapatan ditanguhkan dan diamortisasi selama 20 tahun. |
ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan
PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan menggantikan PSAK 23 (1994): Pendapatan.
Secara umum ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak banyak perubahan dengan PSAK 23 (1994): Pendapatan, namun ED PSAK 23 (revisi 2009) sudah dilengkapi lampiran yang diadopsi dari Appendix IAS 18: Revenue dan beberapa perbedaan sebagai berikut:
Perihal | ED PSAK 23 (revisi 2009) | PSAK 23 (1994) |
Pendapatan bunga dari aset | TIdak diatur | Hasil efektif suatu aset merupakan tingkat bunga yang diperlukan untuk mendiskontokan aliran penerimaan kas di masa depan |
Pengakuan dividen pada efek | Tidak diatur | Dividen pada efek ekuitas diumumkan dari penghasilan neto sebelum pembelian, dividen tersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut. |
ED PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud
Secara umum perbedaan ED PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud dengan PSAK 19 (2000): Aset Tidak Berwujud adalah sebagai berikut:
Perihal | ED PSAK 19 (revisi 2009) | PSAK 19 (revisi 2000) |
Ruang lingkup | Termasuk aset tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan pemegang polis | Tidak termasuk aset tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan pemegang polis |
Definisi | Nilai spesifik entitas adalah nilai sekarang dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari meneruskan menggunakan aset dan dari pertukaran aset tersebut pada akhir masa manfaatnya atau diharapkan muncul saat menetapkan kewajiban | Tidak menjelaskan definisi nilai spesifik |
Keteridentifikasian | - Teridentifikasi secara individu atau keseluruhan. - Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat ditransfer atau terpisah dari entitas atau dari hak & kewajiban lainnya | - Tidak menyebutkan secara individu atau keseluruhan. - Tidak menjelaskan masalah kontrak dan hak legal |
Perolehan terpisah | Contoh biaya yang dapat diatribusikan: - Imbalan kerja karyawan (IAS 19) - Biaya untuk menguji - Imbalan profesional
Contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan: - Biaya untuk memperkenalkan produk atau jasa baru - Biaya memindahkan usaha ke tempat atau ke tingkat konsumen baru. - Biaya administrasi dan overhead lainnya | Contoh biaya yang dapat diatribusikan: - Imbalan profesional
Tidak terdapat contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan |
Pengakuan biaya pada jumlah tercatat aset | Tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud: - Biaya ditangguhkan sampai aset dapat digunakan sesuai keinginan manajemen. - Kerugian awal operasi | Tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud: - Selisih antara total pembayaran dengan nilai tunai dalam hal pembayaran ditangguhkan melebihi periode penjualan kredit normal |
Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis | - Harga perolehan adalah nilai wajar pada saat akuisisi - Pihak pengakuisisi mengakui aset terpisah dari goodwill dalam proses penelitian & pengembangan pemberi aset | Tidak membahas akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis |
Teknik mengukur nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis | - menerapkan beberapa gambaran transaksi saat ini ke dalam indikator yang mengarahkan profitabilitas aset - mengurangi perkiraan arus kas yang akan datang dari aset | Tidak membahas tekhnik untuk mengukur nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis |
Akuisisi dengan hibah pemerintah | - Pemerintah mengalokasikan aset tak berwujud kepada entitas - Entitas dapat mengakui harga perolehan dengan nilai wajar atau nilai nominal | Tidak terdapat aturan mengenai hibah pemerintah |
Aset tak berwujud diperoleh melalui pertukaran | Harga perolehan diukur dengan nilai wajar, kecuali: - Transaksi kurang mengandung substansi komersial - Nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan tidak dapat diandalkan | Harga perolehan sebesar nilai wajar aset yang diterima |
Pengeluaran setelah perolehan | Dihapus karena telah dijelaskan dalam paragraf lain dalam IAS 38 | Pengeluaran yang tidak diakui sebagai beban: - Pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomis di masa depan - Pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal |
Pengukuran setelah pengakuan | Entitas dapat memilih model harga perolehan atau model revaluasi | Entitas hanya dapat menggunakan model harga perolehan |
Masa manfaat ekonomis | Entitas dapat menentukan: - Masa manfaat terbatas - Masa manfaat tidak terbatas | Umumnya tidak melebihi 20 tahun |
Masa manfaat tak terbatas | - Tidak diamortisasi - Pengujian penurunan nilai aset setiap tahun & ketika terdapat indikasi penurunan nilai | Tidak terdapat ketentuan mengenai hal ini |
Mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali | Tidak terdapat ketentuan mengenai hal ini | Setiap tahun dilakukan penilaian terhadap: - Aset tak berwujud yang belum digunakan. - Aset tak berwujud yang diamortisasi lebih dari 20 tahun |
Penghentian dan pelepasan | - Keuntungan dari pelepasan tidak diklasifikasikan sebagai revenue (diakui sebagai gain / loss) | Tidak terdapat aturan mengenai hal ini |
ED PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
menggantikan PSAK 1o (1994): Transaksi Dalam Mata Uang Asing. PSAK 11 (1994): Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998): Mata Uang Pelaporan.
Secara umum perbedaan ED PSAK 10 (revisi 2009) Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing dengan PSAK 10 (1994) Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994) Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998) Mata Uang Pelaporan, dan ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs adalah sebagai berikut:
Perihal | ED PSAK 10 (revisi 2009) | PSAK 10 (1994), PSAK 11 (1994), PSAK 52 (1998). Dan ISAK 4 (1997) |
Referensi | ED PSAK 10 (revisi 2009) mengadopsi IAS 21: The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates | PSAK 10 (1994) dan PSAK 11 (1994) mengadopsi IAS 21 (revisi 1993): The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates, PSAK 52 (1998) mengadopsi SFAS 52: Foreign Currency Translation, ISAK 4 (1997): Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif perlakukan yang diizinkan atas selisih kurs. |
Ruang Lingkup | Mengecualikan transaksi derivatif dan saldo dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006). | Tidak ada pengecualian tersebut. |
Penjabaran hasil dan posisi keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan. | Tidak ada pengecualian tersebut. | |
Tidak diterapkan pada akuntasi lindung nilai (hedge) pada mata uang asing, termasuk lindung nilai dari investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri | PSAK 10: mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge. | |
Definisi | Terdapat definisi nilai tukar spot | Tidak terdapat definisi nilai tukar spot |
Penguraian | - Investasi neto di dalam suatu kegiatan usaha luar negeri - Pos-pos moneter. | Tidak menguraikan definisi tersebut. |
Hirarki indikator dalam penentuan suatu mata uang fungsional: 1.(a) Mata uang: (i) yang sebagian besar mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa. (ii) dari suatu negara yang mempunyai kekuatan persaingan dan UU sebagian besar menentukan harga penjualan. (b) Mata uang yang sebagian besar mempengaruhi tenaga kerja, material dan biaya lain. 2.(a) Mata uang yang danannya dihasilkan dari aktivitas pendanaan. (b) mata uang yang diterima dari aktivitas operasi yang pada umumnya ditahan. | PSAK 52 (8): ada 3 indikator mata uang fungsional:
| |
Mata Uang Fungsional | - Jika indikator – indikator tersebut masih belum bisa menentukan mata uang fungsional secara jelas maka menggunakan professional judgment manajemen. | |
Perubahan dalam mata uang fungsional | Entitas menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan | TIdak ada pengaturan tersebut. |
Pengukuran dan penyajian mata uang | - Pengukuran mata uang menggunakan mata uang fungsional. - Penyajian mata uang dapat menggunakan mata uang selain mata uang fungsional | Pengukuran dan penyajian mata uang menggunakan Rupiah. Entitas dapat menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai mata uang fungsional. |
Kapitalisasi selisih kurs | Tidak diatur | Selisih kurs yang disebabkan devaluasi atau depresiasi luar biasa dimana tidak mungkin dilakukan lindung nilai dikapitalisasi ke aset yang bersangkutan. |
Prosedur pengukuran kembali | Tidak diatur secara eksplisit | Terdapat peraturan prosedur untuk pengukuran kembali (remeasurment) |
ED PSAK 7 (REVISI 2009): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Secara umum perbedaan antara ED PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dengan PSAK 7 (1994): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah sebagai berikut:
Perihal | ED PSAK 7 (revisi 2009) | PSAK 7 (1994) |
Ruang Lingkup | Mensyaratkan pengungkapan kompensasi terhadap manajemen kunci | Tidak mengatur |
Definisi | - Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Anggota dekat orang-orang tersebut. - Kompensasi - Pengendalian - Pengendalian bersama - Anggota manajemen kunci - Pengaruh signifikan | - Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. - Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. - Pengendalian. - Pengaruh signifikan |
Pihak-pihak yang bukan sebagai pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa | - Dua entitas yang mempunyai direksi atau personal manajemen kunci yang sama atau manajemen kunci tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain. - Dua venturer yang mempunyai pengendalian bersama atas suatu ventura bersama. - Departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor | - Tidak diatur.
- Tidak diatur
- Departemen dan instansi pemerintah |
Pengungkapan | Mensyaratkan pengungkapan lebih jelas mengenai: - Saldo transaksi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta syarat dan kondisinya. - Detail setiap garansi yang diterima dan diberikan. - Penyisihan piutang ragu-ragu - Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau oleh entitas atas nama pihak lain | Tidak diatur |
Pengungkapan pihak-pihak yang terkait yang diperlakukan setara dengan pihak dalam transaksi yang wajar (arm's length transaction) | Tidak diatur | |
Pengakuan beban selama periode berjalan atas piutang ragu-ragu atau penghapusan piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa | Tidak diatur | |
Klasifikasi pengungkapan atas pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa | Tidak diatur | |
Pengungkapan | Nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak. Pihak yang paling mengendalikan. Jika entitas induk maupun pihak pengendali utama menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya (next most senior parent) juga harus diungkapkan | Tidak diatur |