Jumat, 12 Maret 2010

APLIKASI PERSEDIAAN DENGAN MS,EXCEL (INVENTORY APPLICATION USING MS.EXCEL)


Untuk perusahaan manufaktur atau dagang pengelolaan transaksi persediaan merupakan bagian yang penting dalam proses operasi perusahaan. Persediaan seringkali merupakan aset lancar yang nilainya relatif besar dalam neraca.
Aplikasi persediaan, merupakan alat yang dirancang dengan menggunakan Ms.Excel untuk mengelola transaksi persediaan. Aplikasi ini didesain khususnya untuk perusahaan dagang, dan memiliki fitur dari mulai setup master persediaan, penanganan transaksi pembelian barang ke supplier, penanganan transaksi penjualan sampai kepada laporan harga pokok penjualan. Aplikasi ini sangat cocok untuk skala usaha dagang menengah ke bawah.
Dalam aplikasi ini, anda hanya tinggal mengetikan transaksi-transaksi yang terjadi dan aplikasi ini akan menjurnal nya secara otomatis sampai dengan pembuatan laporan harga pokok penjualan. Dalam aplikasi ini penilaian persediaan menggunakan metode rata-rata, mengingat metode tersebut yang sering digunakan dalam praktek.

Aplikasi ini memiliki kelengkapan sheet-sheet sebagai berikut:

Menu                                    : tombol-tombol berpindah-pindah sheet.
Company Profile              : Input data profile perusahaan.
Inventory Master File: Input data item persediaan, setup saldo awal, dan rekapitulasi transaksi       persediaan.
Master Suppliers             : Input data pemasok.
Master Customers          : Input data pelanggan.
Purchase                             : Input data transaksi pembelian barang dagangan.
Purchase Return              : Input data transaksi retur pembelian barang dagangan.
Sales Journal                     : Input data transaksi penjualan barang dagangan.
Sales Return Journal      : Input data transaksi retur penjualan barang dagangan.
Cost of Goods Sold         : Laporan Harga Pokok Penjualan.

Tampilan Laporan Harga Pokok Penjualan
Tampilan Rekapitulasi Persediaan
  
Dalam aplikasi ini, penilaian persediaan menggunakan metode rata-rata.

Dapatkan segera aplikasi persediaan ini dengan harga yang relatif murah hanya Rp 50.000,-. pembayaran dapat dilakukan dengan cara transfer ke:

Bank Mandiri No. Rek: 155-00-0903496-1 
An. Andriana

setelah anda mentransfer, maka anda akan mendapatkan aplikasi persediaan dan buku panduan operasi aplikasi tersebut.

Dapatkan  brosur dan contoh aplikasi dengan mendowload link dibawah ini.

Download Brosur.
Download Contoh Aplikasi

Jumat, 05 Maret 2010

ALOKASI BIAYA (COST ALLOCATION)

Pengantar

Alokasi biaya merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi manajemen. Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti produk, kelompok pelanggan, aktivitas, dan divisi.

Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi (operating departement) dan departemen jasa (supporting departemen). Departemen operasi merupakan departemen yang secara langsung memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa. Sementara departemen jasa merupakan departemen yang memberikan jasa yang membantu departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen jasa yang lain.

Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa (supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya dialokasikan ke produk atau jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost driver) yang tepat.

Dalam jangka panjang, penetapan harga jual suatu produk harus mampu menutup seluruh biaya yang terjadi di perusahaan, baik yang terjadi di departemen jasa maupun di departemen produksi. Oleh karena itu, akuntan sering kali menghitung biaya produk atau jasa didasarkan pada biaya penuh (full cost).

Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang secara langsung dapat ditelusuri ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa. Tetapi biaya tidak langsung (indirect cost) memiliki sifat tidak dapat ditelusuri secara langsung ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa, sehingga harus dialokasikan ke produk atau jasa dalam rangka menghitung seluruh biaya.

Berdasarkan survey menurut Horngren, Datar, Foster terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan alokasi biaya, diantaranya:

  • Untuk menghitung biaya produk atau jasa.
  • Untuk mengevaluasi dan mengingatkan divisi pusat laba (profit centre) bahwa biaya tidak langsung ada dan keuntungan pada divisi pusat laba (profit centre) harus mampu menutup biaya perusahaan (corporate cost) tidak hanya biaya yang terjadi pada divisinya saja.
  • Merangsang divisi pusat laba untuk menggunakan jasa internal secara efisien.

Metode Alokasi Biaya

Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi, yaitu:

  • Metode langsung (direct methode)
  • Metode bertahap (step methode)
  • Metode timbal balik (resiprocal methode)

Dalam tulisan singkat ini akan coba membahas tentang tiga metode tersebut.

Metode Langsung

Metode ini paling banyak digunakan karena lebih sederhana dibanding dengan metode lainnya. Dalam metode ini, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa dialokasikan secara langsung ke departemen operasi tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya. Dengan kata lain, metode ini tidak mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan diantara departemen jasa yang lain.

Gambar 1 Metode Langsung

Dari gambar 1 diatas, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa 1 dan departemen jasa 2 langsung dialokasikan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2.

Metode Bertahap

Dalam metode ini, salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi. Pemilihan departemen jasa yang pertama kali dipilih untuk dialokasikan didasarkan pada departemen jasa mana yang memberikan jasa lebih besar ke departemen jasa lainnya.

Gambar 2 Metode Bertahap

Dari gambar 2 diatas, departemen jasa 1 dialokasikan pertama kali biayanya ke departemen jasa 2 dan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2, kemudian departemen jasa 2 mengalokasikan seluruh biayanya ke departemen operasi 1 dan 2.

Metode Timbal Balik

Dalam metode ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan antara satu departemen jasa dengan departemen jasa lainnya. Berbeda dengan metode bertahap dimana departemen jasa 1 yang dialokasikan pertama kali tidak menerima kembali biaya dari departemen jasa 2. Sementara dalam metode timbal balik semua departemen jasa akan saling menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung dari jasa yang diterimanya.

Gambar 3 Metode Timbal Balik

Dalam gambar 3 diatas, departemen jasa 1 menerima biaya dari departemen jasa 2, begitu juga departemen jasa 2 menerima biaya dari departemen jasa 1.

Berikut saya sediakan contoh kasus alokasi biaya dengan Ms.Excel:

Download: Metode Langsung – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Bertahap – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Timbal Balik – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Langsung – Objek Biaya Produk.

Download: Metode Bertahap – Objek Biaya Produk.

BIAYA BERBASIS AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)

Pengantar
Setelah itu dilakukan analisis aktivitas yang akan menjadi pusat biaya. Analisis aktivitas ini dapat dilakukan melalui mempelajari SOP, observasi, wawancara terhadap orang-orang kunci.

Biaya berbasis aktivitas atau activity based costing (ABC) merupakan sistem penentuan biaya yang membebankan biaya ke objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Aktivitas disini dapat berupa kejadian, tugas, atau unit kerja yang memiliki tujuan tertentu. Jadi, dengan sistem ABC biaya akan dihitung pada masing-masing aktivitas dan dibebankan ke objek biaya berdasarkan konsumsi dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa.

ABC memusatkan perhatiannya pada biaya tidak langsung (indirect cost). Hal ini karena biaya tidak langsung merupakan biaya yang sulit untuk ditelusuri terhadap objek biaya. Sementara biaya langsung dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya.

Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut disebut drivers. Sebuah driver sumber daya (resource driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya sumber daya ke aktivitas-aktivitas yang berbeda. Driver aktivitas (activity driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya akhir.

Gambaran umum ABC

Suatu keterbatasan dari sistem penentuan biaya tradisional adalah mengalokasikan biaya tidak langsung dengan menggunakan tarif tunggal atau berbasis volume. Kenyataannya banyak biaya tidak langsung yang tidak berbasis volume, sehingga dapat mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya produk. ABC membantu dalam mengurangi masalah tersebut.

Tahapan Dalam Merancang ABC

Tiga tahapan dalam merancang ABC adalah 1)mengidentifikasi objek biaya yang dipilih, 2)mengidentifikasi biaya dan aktivitas, 3)membebankan biaya tidak langsung ke aktivitas, 4)membebankan biaya aktivitas ke objek biaya, 5) menghitung jumlah biaya untuk objek biaya baik biaya langsung maupun tidak langsung.

2.1 Mengidentifikasi Objek Biaya yang Dipilih

Tahap pertama dalam merancang ABC adalah mengidentifikasi objek biaya. Objek biaya disini bisa berupa produk atau jasa, pelanggan, dan lain sebagainya.

2.2 Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas

Selanjutnya perlu untuk mengidentifikasi biaya dan aktivitas. Proses identifikasi biaya terdiri dari identifikasi biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengen objek biaya yang dipilih. Biaya-biaya tersebut dapat diperoleh dari rekening buku besar atau bagan rekening yang perusahaan miliki.

Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:

a. Aktivitas berlevel unit atau volume yaitu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap unit produk. Contohnya, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, jumlah unit yang dihasilkan, dan lain sebagainya.

b. Aktivitas berlevel batch atau kelompok yaitu aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok produk yang dihasilkan atau diproduksi atau dijual. Contohnya, jam setup, pesanan produksi, permintaan material, dan lain sebagainya.

c. Aktivitas untuk mendukung produk atau jasa yaitu aktivitas yang dilakukan untuk membantu produksi produk atau jasa. Contohnya, perubahan desain produk, jam desain produk, dan lain sebagainya.

d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Contohnya, biaya administrasi umum (termasuk sewa dan keamanan gedung), pajak properti, manajemen pabrik, dan lain sebagainya.

2.3 Membebankan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas

Setelah dilakukan identifikasi biaya dan analisis aktivitas, biaya-biaya tidak langsung dialokasikan ke pusat biaya aktivitas dengan menggunakan driver sumber daya (resources driver). Sehingga biaya-biaya tidak langsung tersebut akan dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas.

2.4 Membebankan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya

Setelah biaya-biaya tidak langsung dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas, selanjutnya pusat biaya aktivitas tersebut dibebankan ke objek biaya yang dipilih menggunakan driver aktivitas (activity driver).

2.5 Menghitung Jumlah Biaya dari Objek Biaya dengan Menambahkan Biaya Langsung dan Tidak Langsung

Setelah membebankan biaya tidak langsung ke objek biaya, selanjutnya ditambahkan dengan biaya langsung untuk objek biaya tersebut sehingga diperoleh jumlah biaya untuk objek biaya yang dihitung.

Berikut saya sediakan contoh kasus model ABC dengan Ms.Excel:

Download: ABC vs Traditional Costing.

Download: ABC dalam Process Costing.

Download: ABC Job Costing.

Download: ABC dalam Profitabilitas Produk.

Download: ABC Profitabilitas Pelanggan.

Download: ABC dalam Industri jasa Kesehatan.

BIAYA PRODUK BERSAMA DAN SAMPINGAN (JOIN COST AND BY PRODUCTS)


1.1 Pengantar

Banyak proses produksi yang menghasilkan lebih dari satu produk dari suatu proses produksi. Misalnya industri perminyakan yang memproses minyak mentah menjadi berbagai macam produk seperti, minyak tanah, kerosene, gasoline, dan lain-lainnya.

 
Dalam proses produksi produk bersama terdapat produk yang memiliki nilai jual dan kuantitas yang lebih kecil dibandingkan dengan produk yang lainnya yang disebut produk sampingan (byproducts). Sementara produk yang memiliki nilai jual dan kuantitas lebih besar dibandingkan produk lainnya disebut produk utama (main product).

 
Produk utama maupun produk sampingan diperoleh dari suatu masukan tunggal dalam suatu proses produksi. Jadi, proses produksi keduanya dimulai dari suatu bahan mentah yang sama sampai pada suatu titik proses produksi tertentu dapat diidentifikasi menjadi produk-produk yang terpisah yang disebut titik pemisahan (split-off point). Setelah produk bersama atau produk sampingan terpisah, produk-produk tersebut dapat dijual atau diproses lebih lanjut supaya layak jual, tergantung dari sifatnya. Biaya tambahan untuk pemrosesan lebih lanjut yang terjadi setelah titik pemisahan disebut biaya yang dapat dipisahkan (separable costs) atau biaya pemrosesan tambahan (additional processing costs).

 

Gambar: Biaya Proses Produk Bersama dan Proses Lebih Lanjut
 
Biaya produk bersama atau disebut juga joint cost merupakan biaya-biaya produksi yang terjadi seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik sebelum mencapai titik pemisahan (split-off point). Dalam proses ini peran alokasi biaya dibutuhkan untuk mengalokasikan biaya-biaya diantara produk bersama, yaitu untuk menghitung nilai persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan.

1.2 Metode Alokasi Biaya Produk Bersama

Dalam tulisan singkat ini, penulis akan coba membahas tiga metode yang sering digunakan dalam mengalokasikan biaya produk bersama, yaitu:  

  1. Metode ukuran fisik (physical measure method).
Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar ukuran fisik (pon, galon, kilogram atau ukuran lainnya) pada saat titik pemisahan (split-off point). Jadi, menggunakan metode ini harus tersedianya ukuran fisik sebagai dasar untuk alokasi biaya bersama.

2. Nilai penjualan pada titik pemisahan (sales value at split-off method). 

Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar jumlah nilai penjualan relatif pada saat titik pemisahan (split-off point). Jadi, menggunakan metode ini harus dihitung jumlah nilai penjualan masing-masing produk pada saat titik pemisahan sebagai dasar untuk alokasi biaya produk bersama.

     3. Nilai realisasi bersih (net realizable value).
 
Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar nilai realisasi bersih, yaitu dengan mengurangkan jumlah nilai penjualan pada operasi normal dengan biaya pemrosesan tambahan.

1.3 Perlakuan Akuntansi Untuk Produk Sampingan

Telah dikatakan diawal bahwa yang dimaksud dengan produk sampingan (byproduct) adalah produk yang memiliki nilai dan kuantitas yang relatif kecil jika dibandingkan dengan produk lainnya yang dihasilkan dalam proses produksi. Produk sampingan dapat diperlakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu, pengakuan produk sampingan pada saat produksi selesai dan pengakuan produk sampingan pada saat penjualan.
 
Pengakuan produk sampingan pada saat produksi selesai akan diakui sebagai persediaan pada neraca sebesar nilai realisasi bersihnya. Dengan pendekatan ini, nilai realisasi bersih dari produk sampingan akan menjadi pengurang untuk biaya bersama produk utama. Dengan pendekatan ini setiap penjualan produk sampingan yang terjadi akan menjadi pengurang nilai persediaan produk sampingan. Jadi, tidak ada pengakuan pendapatan pada saat produk sampingan dijual.

Sementara pengakuan produk sampingan pada saat penjualan akan mengakui setiap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan. Dalam metode ini tidak ada pengakuan persediaan produk sampingan pada saat produksi selesai.


Berikut saya sediakan contoh model biaya produk bersama dengan menggunakan Ms.Excel.


Download: Join cost - Penjualan pada Titik Pisah.

Download: Join cost – Nilai Realisasi Bersih.

Download: Join cost - by product

Download: Join cost – Jual atau Proses Lebih Lanjut

Subscribe to updates