Minggu, 14 November 2010

Forex Trading Strategy Using ICWR

Harga mata uang asing akan bergerak seiring dengan pergerakan harga jangka panjang, baik arah menguat atau melemah. Selama pergerakan pasar tersebut terkadang ada gerakan kecil yang tidak searah dengan pergerakan jangkan panjang yang disebut koreksi harga atau Corrective Waves, namun setelah itu pasar bergerak kembali searah trend jangka panjang atau disebut Impulsive Waves.
Pegerakan searah atau koreksi harga tersebut disebut dengan Impulsive Corrective Waves Retracement (ICWR) Phenomena.

Ebook ini membahas strategi forex trading dengan menggunakan ICWR. kapan trader harus memasuki pasar dan kapan keluar dari pasar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selamat mencoba.

Download.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Manufacturing Cost & Cost of Goods Sold

Perusahaan manufaktur yang memproduksi suatu barang akan berhadapan dengan pengumpulan biaya produksi dan penentuan biaya produknya. Tidak seluruh biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur dapat digunakan untuk melakukan penialaian biaya produk. Suatu perusahaan perlu mengetahui biaya produk untuk menentukan harga pokok penjualan dan menilai persediaan yang akan dilaporkan di laporan keuangan.

Elemen-elemen biaya produk terdiri dari:

1. Biaya bahan baku
Semua yang dibeli perusahaan dari pemasok yang akan digunakan untuk memproduksi barang jadi.

2. Biaya tenaga kerja langsung
Renumerasi yang diberikan perusahaan kepada pekerja yang terkait langsung dengan proses produksi.

3. Biaya overhead pabrik
Biaya-biaya yang terkait dengan proses produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung.

Biaya Produk (Product Cost)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya elemen biaya produk terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Semua biaya tersebut akan membentuk biaya produk. Biaya-biaya tersebut akan dikapitalisasi sebagai aset sampai produk tersebut dijual ke konsumen. Jadi, biaya produk akan terlebih dahulu membentuk nilai persediaan di neraca sebelum dibebankan ke laporan laba rugi
menjadi harga pokok penjualan pada saat produk dijual ke konsumen.

Biaya Periode (Period Cost)
Berbeda halnya dengan biaya produk, biaya periode akan langsung dibebankan ke laporan laba rugi pada saat terjadinya. Yang termasuk dalam biaya periode seperti biaya penjualan dan marketing, biaya administrasi umum.

Pemisahan antara biaya produk (product cost) dan biaya periode (Period cost) ini penting mengingat standar akuntansi tidak membolehkan biaya periode membentuk nilai persediaan.

Untuk lebih lengkapnya silahkan download.

Minggu, 18 April 2010

Asset Regiters & Depreciation Template

Template ini membant anda untuk meregister asset yang dimiliki perusahaan & memiliki kemampuan untuk menghitung penyusutan, akumulasi penyusutan dan Nilai buku dari suatu aset.

Metode penyusutan yang digunakan dalam template ini adalah garis lurus, mengingat metode ini yang paling banyak digunakan dalam praktek.

Template ini dijual dengan harga Rp 50.000, dan untuk pembelian anda bisa mentransfer ke rekening Mandiri atau melalui paypal:

No.rekening: 155-00-0903496-1, A.n : Andriana
atau paypal email: andrianaand@gmail.com

setelah mentransfer harap sms konfirmasi yang berisi: "Telah Transfer mandiri untuk pembelian Template Aset register dari [sebutkan nama anda dan email anda]"

Berikut disediakan contoh template untuk anda download. Download Contoh Tempalte.

Jumat, 12 Maret 2010

APLIKASI PERSEDIAAN DENGAN MS,EXCEL (INVENTORY APPLICATION USING MS.EXCEL)


Untuk perusahaan manufaktur atau dagang pengelolaan transaksi persediaan merupakan bagian yang penting dalam proses operasi perusahaan. Persediaan seringkali merupakan aset lancar yang nilainya relatif besar dalam neraca.
Aplikasi persediaan, merupakan alat yang dirancang dengan menggunakan Ms.Excel untuk mengelola transaksi persediaan. Aplikasi ini didesain khususnya untuk perusahaan dagang, dan memiliki fitur dari mulai setup master persediaan, penanganan transaksi pembelian barang ke supplier, penanganan transaksi penjualan sampai kepada laporan harga pokok penjualan. Aplikasi ini sangat cocok untuk skala usaha dagang menengah ke bawah.
Dalam aplikasi ini, anda hanya tinggal mengetikan transaksi-transaksi yang terjadi dan aplikasi ini akan menjurnal nya secara otomatis sampai dengan pembuatan laporan harga pokok penjualan. Dalam aplikasi ini penilaian persediaan menggunakan metode rata-rata, mengingat metode tersebut yang sering digunakan dalam praktek.

Aplikasi ini memiliki kelengkapan sheet-sheet sebagai berikut:

Menu                                    : tombol-tombol berpindah-pindah sheet.
Company Profile              : Input data profile perusahaan.
Inventory Master File: Input data item persediaan, setup saldo awal, dan rekapitulasi transaksi       persediaan.
Master Suppliers             : Input data pemasok.
Master Customers          : Input data pelanggan.
Purchase                             : Input data transaksi pembelian barang dagangan.
Purchase Return              : Input data transaksi retur pembelian barang dagangan.
Sales Journal                     : Input data transaksi penjualan barang dagangan.
Sales Return Journal      : Input data transaksi retur penjualan barang dagangan.
Cost of Goods Sold         : Laporan Harga Pokok Penjualan.

Tampilan Laporan Harga Pokok Penjualan
Tampilan Rekapitulasi Persediaan
  
Dalam aplikasi ini, penilaian persediaan menggunakan metode rata-rata.

Dapatkan segera aplikasi persediaan ini dengan harga yang relatif murah hanya Rp 50.000,-. pembayaran dapat dilakukan dengan cara transfer ke:

Bank Mandiri No. Rek: 155-00-0903496-1 
An. Andriana

setelah anda mentransfer, maka anda akan mendapatkan aplikasi persediaan dan buku panduan operasi aplikasi tersebut.

Dapatkan  brosur dan contoh aplikasi dengan mendowload link dibawah ini.

Download Brosur.
Download Contoh Aplikasi

Jumat, 05 Maret 2010

ALOKASI BIAYA (COST ALLOCATION)

Pengantar

Alokasi biaya merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi manajemen. Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti produk, kelompok pelanggan, aktivitas, dan divisi.

Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi (operating departement) dan departemen jasa (supporting departemen). Departemen operasi merupakan departemen yang secara langsung memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa. Sementara departemen jasa merupakan departemen yang memberikan jasa yang membantu departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen jasa yang lain.

Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa (supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya dialokasikan ke produk atau jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost driver) yang tepat.

Dalam jangka panjang, penetapan harga jual suatu produk harus mampu menutup seluruh biaya yang terjadi di perusahaan, baik yang terjadi di departemen jasa maupun di departemen produksi. Oleh karena itu, akuntan sering kali menghitung biaya produk atau jasa didasarkan pada biaya penuh (full cost).

Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang secara langsung dapat ditelusuri ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa. Tetapi biaya tidak langsung (indirect cost) memiliki sifat tidak dapat ditelusuri secara langsung ke objek biaya dalam hal ini produk atau jasa, sehingga harus dialokasikan ke produk atau jasa dalam rangka menghitung seluruh biaya.

Berdasarkan survey menurut Horngren, Datar, Foster terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan alokasi biaya, diantaranya:

  • Untuk menghitung biaya produk atau jasa.
  • Untuk mengevaluasi dan mengingatkan divisi pusat laba (profit centre) bahwa biaya tidak langsung ada dan keuntungan pada divisi pusat laba (profit centre) harus mampu menutup biaya perusahaan (corporate cost) tidak hanya biaya yang terjadi pada divisinya saja.
  • Merangsang divisi pusat laba untuk menggunakan jasa internal secara efisien.

Metode Alokasi Biaya

Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi, yaitu:

  • Metode langsung (direct methode)
  • Metode bertahap (step methode)
  • Metode timbal balik (resiprocal methode)

Dalam tulisan singkat ini akan coba membahas tentang tiga metode tersebut.

Metode Langsung

Metode ini paling banyak digunakan karena lebih sederhana dibanding dengan metode lainnya. Dalam metode ini, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa dialokasikan secara langsung ke departemen operasi tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya. Dengan kata lain, metode ini tidak mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan diantara departemen jasa yang lain.

Gambar 1 Metode Langsung

Dari gambar 1 diatas, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa 1 dan departemen jasa 2 langsung dialokasikan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2.

Metode Bertahap

Dalam metode ini, salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi. Pemilihan departemen jasa yang pertama kali dipilih untuk dialokasikan didasarkan pada departemen jasa mana yang memberikan jasa lebih besar ke departemen jasa lainnya.

Gambar 2 Metode Bertahap

Dari gambar 2 diatas, departemen jasa 1 dialokasikan pertama kali biayanya ke departemen jasa 2 dan ke departemen operasi 1 dan departemen operasi 2, kemudian departemen jasa 2 mengalokasikan seluruh biayanya ke departemen operasi 1 dan 2.

Metode Timbal Balik

Dalam metode ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan antara satu departemen jasa dengan departemen jasa lainnya. Berbeda dengan metode bertahap dimana departemen jasa 1 yang dialokasikan pertama kali tidak menerima kembali biaya dari departemen jasa 2. Sementara dalam metode timbal balik semua departemen jasa akan saling menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung dari jasa yang diterimanya.

Gambar 3 Metode Timbal Balik

Dalam gambar 3 diatas, departemen jasa 1 menerima biaya dari departemen jasa 2, begitu juga departemen jasa 2 menerima biaya dari departemen jasa 1.

Berikut saya sediakan contoh kasus alokasi biaya dengan Ms.Excel:

Download: Metode Langsung – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Bertahap – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Timbal Balik – Objek Biaya Departemen.

Download: Metode Langsung – Objek Biaya Produk.

Download: Metode Bertahap – Objek Biaya Produk.

BIAYA BERBASIS AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)

Pengantar
Setelah itu dilakukan analisis aktivitas yang akan menjadi pusat biaya. Analisis aktivitas ini dapat dilakukan melalui mempelajari SOP, observasi, wawancara terhadap orang-orang kunci.

Biaya berbasis aktivitas atau activity based costing (ABC) merupakan sistem penentuan biaya yang membebankan biaya ke objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Aktivitas disini dapat berupa kejadian, tugas, atau unit kerja yang memiliki tujuan tertentu. Jadi, dengan sistem ABC biaya akan dihitung pada masing-masing aktivitas dan dibebankan ke objek biaya berdasarkan konsumsi dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa.

ABC memusatkan perhatiannya pada biaya tidak langsung (indirect cost). Hal ini karena biaya tidak langsung merupakan biaya yang sulit untuk ditelusuri terhadap objek biaya. Sementara biaya langsung dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya.

Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut disebut drivers. Sebuah driver sumber daya (resource driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya sumber daya ke aktivitas-aktivitas yang berbeda. Driver aktivitas (activity driver) adalah sebuah dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya akhir.

Gambaran umum ABC

Suatu keterbatasan dari sistem penentuan biaya tradisional adalah mengalokasikan biaya tidak langsung dengan menggunakan tarif tunggal atau berbasis volume. Kenyataannya banyak biaya tidak langsung yang tidak berbasis volume, sehingga dapat mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya produk. ABC membantu dalam mengurangi masalah tersebut.

Tahapan Dalam Merancang ABC

Tiga tahapan dalam merancang ABC adalah 1)mengidentifikasi objek biaya yang dipilih, 2)mengidentifikasi biaya dan aktivitas, 3)membebankan biaya tidak langsung ke aktivitas, 4)membebankan biaya aktivitas ke objek biaya, 5) menghitung jumlah biaya untuk objek biaya baik biaya langsung maupun tidak langsung.

2.1 Mengidentifikasi Objek Biaya yang Dipilih

Tahap pertama dalam merancang ABC adalah mengidentifikasi objek biaya. Objek biaya disini bisa berupa produk atau jasa, pelanggan, dan lain sebagainya.

2.2 Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas

Selanjutnya perlu untuk mengidentifikasi biaya dan aktivitas. Proses identifikasi biaya terdiri dari identifikasi biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengen objek biaya yang dipilih. Biaya-biaya tersebut dapat diperoleh dari rekening buku besar atau bagan rekening yang perusahaan miliki.

Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:

a. Aktivitas berlevel unit atau volume yaitu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap unit produk. Contohnya, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, jumlah unit yang dihasilkan, dan lain sebagainya.

b. Aktivitas berlevel batch atau kelompok yaitu aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok produk yang dihasilkan atau diproduksi atau dijual. Contohnya, jam setup, pesanan produksi, permintaan material, dan lain sebagainya.

c. Aktivitas untuk mendukung produk atau jasa yaitu aktivitas yang dilakukan untuk membantu produksi produk atau jasa. Contohnya, perubahan desain produk, jam desain produk, dan lain sebagainya.

d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Contohnya, biaya administrasi umum (termasuk sewa dan keamanan gedung), pajak properti, manajemen pabrik, dan lain sebagainya.

2.3 Membebankan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas

Setelah dilakukan identifikasi biaya dan analisis aktivitas, biaya-biaya tidak langsung dialokasikan ke pusat biaya aktivitas dengan menggunakan driver sumber daya (resources driver). Sehingga biaya-biaya tidak langsung tersebut akan dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas.

2.4 Membebankan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya

Setelah biaya-biaya tidak langsung dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas, selanjutnya pusat biaya aktivitas tersebut dibebankan ke objek biaya yang dipilih menggunakan driver aktivitas (activity driver).

2.5 Menghitung Jumlah Biaya dari Objek Biaya dengan Menambahkan Biaya Langsung dan Tidak Langsung

Setelah membebankan biaya tidak langsung ke objek biaya, selanjutnya ditambahkan dengan biaya langsung untuk objek biaya tersebut sehingga diperoleh jumlah biaya untuk objek biaya yang dihitung.

Berikut saya sediakan contoh kasus model ABC dengan Ms.Excel:

Download: ABC vs Traditional Costing.

Download: ABC dalam Process Costing.

Download: ABC Job Costing.

Download: ABC dalam Profitabilitas Produk.

Download: ABC Profitabilitas Pelanggan.

Download: ABC dalam Industri jasa Kesehatan.

BIAYA PRODUK BERSAMA DAN SAMPINGAN (JOIN COST AND BY PRODUCTS)


1.1 Pengantar

Banyak proses produksi yang menghasilkan lebih dari satu produk dari suatu proses produksi. Misalnya industri perminyakan yang memproses minyak mentah menjadi berbagai macam produk seperti, minyak tanah, kerosene, gasoline, dan lain-lainnya.

 
Dalam proses produksi produk bersama terdapat produk yang memiliki nilai jual dan kuantitas yang lebih kecil dibandingkan dengan produk yang lainnya yang disebut produk sampingan (byproducts). Sementara produk yang memiliki nilai jual dan kuantitas lebih besar dibandingkan produk lainnya disebut produk utama (main product).

 
Produk utama maupun produk sampingan diperoleh dari suatu masukan tunggal dalam suatu proses produksi. Jadi, proses produksi keduanya dimulai dari suatu bahan mentah yang sama sampai pada suatu titik proses produksi tertentu dapat diidentifikasi menjadi produk-produk yang terpisah yang disebut titik pemisahan (split-off point). Setelah produk bersama atau produk sampingan terpisah, produk-produk tersebut dapat dijual atau diproses lebih lanjut supaya layak jual, tergantung dari sifatnya. Biaya tambahan untuk pemrosesan lebih lanjut yang terjadi setelah titik pemisahan disebut biaya yang dapat dipisahkan (separable costs) atau biaya pemrosesan tambahan (additional processing costs).

 

Gambar: Biaya Proses Produk Bersama dan Proses Lebih Lanjut
 
Biaya produk bersama atau disebut juga joint cost merupakan biaya-biaya produksi yang terjadi seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik sebelum mencapai titik pemisahan (split-off point). Dalam proses ini peran alokasi biaya dibutuhkan untuk mengalokasikan biaya-biaya diantara produk bersama, yaitu untuk menghitung nilai persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan.

1.2 Metode Alokasi Biaya Produk Bersama

Dalam tulisan singkat ini, penulis akan coba membahas tiga metode yang sering digunakan dalam mengalokasikan biaya produk bersama, yaitu:  

  1. Metode ukuran fisik (physical measure method).
Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar ukuran fisik (pon, galon, kilogram atau ukuran lainnya) pada saat titik pemisahan (split-off point). Jadi, menggunakan metode ini harus tersedianya ukuran fisik sebagai dasar untuk alokasi biaya bersama.

2. Nilai penjualan pada titik pemisahan (sales value at split-off method). 

Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar jumlah nilai penjualan relatif pada saat titik pemisahan (split-off point). Jadi, menggunakan metode ini harus dihitung jumlah nilai penjualan masing-masing produk pada saat titik pemisahan sebagai dasar untuk alokasi biaya produk bersama.

     3. Nilai realisasi bersih (net realizable value).
 
Dengan metode ini biaya produk bersama akan dialokasikan ke produk bersama atas dasar nilai realisasi bersih, yaitu dengan mengurangkan jumlah nilai penjualan pada operasi normal dengan biaya pemrosesan tambahan.

1.3 Perlakuan Akuntansi Untuk Produk Sampingan

Telah dikatakan diawal bahwa yang dimaksud dengan produk sampingan (byproduct) adalah produk yang memiliki nilai dan kuantitas yang relatif kecil jika dibandingkan dengan produk lainnya yang dihasilkan dalam proses produksi. Produk sampingan dapat diperlakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu, pengakuan produk sampingan pada saat produksi selesai dan pengakuan produk sampingan pada saat penjualan.
 
Pengakuan produk sampingan pada saat produksi selesai akan diakui sebagai persediaan pada neraca sebesar nilai realisasi bersihnya. Dengan pendekatan ini, nilai realisasi bersih dari produk sampingan akan menjadi pengurang untuk biaya bersama produk utama. Dengan pendekatan ini setiap penjualan produk sampingan yang terjadi akan menjadi pengurang nilai persediaan produk sampingan. Jadi, tidak ada pengakuan pendapatan pada saat produk sampingan dijual.

Sementara pengakuan produk sampingan pada saat penjualan akan mengakui setiap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan. Dalam metode ini tidak ada pengakuan persediaan produk sampingan pada saat produksi selesai.


Berikut saya sediakan contoh model biaya produk bersama dengan menggunakan Ms.Excel.


Download: Join cost - Penjualan pada Titik Pisah.

Download: Join cost – Nilai Realisasi Bersih.

Download: Join cost - by product

Download: Join cost – Jual atau Proses Lebih Lanjut

Selasa, 09 Februari 2010

COST VOLUME PROFIT ANALYSIS (ANALISIS BIAYA VOLUME LABA)

1. Pengantar

Analisis biaya volume laba (BVL) merupakan alat analisis bagi manajemen tentang hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan melakukan analisis BVL dapat diketahui hubungan antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan jumlah biaya (biaya tetap dan variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki.

Analisis BVL tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi pada laba, tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Organisasi tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan untuk membantu organisasi dalam mengendalikan biaya.

Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:

  • Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
  • Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
  • Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau kegiatan dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.

2. Titik Impas (Break Event Point)

Titik impas (break event point - BEP) adalah suatu titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya, dengan kata lain laba sama dengan nol. Tujuan dari perusahaan pada umumnya untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan. Dengan adanya analisis titik impas ini perusahaan dapat merencanakan tingkat volume produksi dan atau penjualan yang akan menghasilkan laba.

Titik impas dapat dihitung dalam volume penjualan (unit) atau dalam nilai moneter (rupiah). Untuk menghitung titik impas dalam unit dapat menggunakan persamaan berikut:

BEP (Unit) = FC/(P-VC)

Keterangan:

  • BEP (unit) = titik impas dalam unit.
  • FC = jumlah biaya tetap (fixed cost).
  • P = harga jual per unit (price)
  • VC = biaya variabel per unit (variable cost)

Sementara untuk menghitung titik impas dalam nilai moneter dapat menggunakan persamaan berikut:

BEP (Rupiah) = FC / (1-(VC/p))

Keterangan:

  • BEP (rupiah) = titik impas dalam rupiah.
  • FC = jumlah biaya tetap.
  • 1 = konstanta.
  • VC = biaya variabel per unit.
  • P = harga jual per unit.

Ketika perusahaan memiliki lebih dari satu produk, manajemen akan dihadapkan pada pilihan komposisi produk yang akan dijual untuk mendapatkan laba maksimum. Dalam menghitung titik impas untuk lebih dari satu produk diperlukan suatu asumsi komposisi penjualan setiap produk adalah konstan. Sehingga dengan asumsi ini dapat dihitung kontribusi margin rata-rata tertimbangnya. Ketika terjadi perubahan komposisi produk, maka titik impas perlu dihitung ulang.untuk komposisi produk yang baru.

3. Margin of Safety

Margin of safety atau batas aman merupakan selisih penjualan yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Margin of safety biasanya dinyatakan dalam rasio atau persentase yang digambarkan sebagai berikut:

Margin of safety (%) = (Penjualan yang dianggarkan - Penjualan titik impas) / Penjualan yang dianggarkan

Perusahaan perlu menghitung margin of safety untuk mengetahui berapa penjualan bisa turun dari rencana ke tingkat yang dapat ditoleransi sebelum perusahaan menderita kerugian. Margin of safety merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan rencana penjualan.

Download model CVP - Analisis Titik Impas Bauran Produk

Download model CVP – Margin of Safety

Download model CVP – Perubahan Biaya Tetap dan Harga Jual

Sabtu, 30 Januari 2010

SEJARAH SAK


 

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku "Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)."

Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku "Prinsip Akuntansi Indonesia 1984" dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku "Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994." Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku "Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007" ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).

Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.

Sumber: http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2

Rabu, 27 Januari 2010

ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis dengan PSAK 22: Penggabungan Usaha adalah sebagai berikut:


 

Perihal

ED PSAK 22 (revisi 2010)

PSAK 22

Ruang lingkup

Pengecualian untuk:

- Under common control.

- Pembentukan ventura bersama akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan bagian dari bisnis

Pengecualian untuk:

- Under common control.

- Pembentukan ventura bersama

Metode pencatatan

Purchase mothod

- Purchase method

- Pooling of interest

Biaya yang terkait dengan perolehan akuisisi

Biaya terkait akuisisi dibebenkan pada periode berjalan

Biaya terkait akuisisi sebagai bagian biaya akuisisi

Pengukuran aset dan liabilitas

Nilai wajar mengacu ke SAK lain

Terdapat panduan tersendiri untuk menentukan nilai wajar dari pos-pos aset dan liabilitas

Akuisisi bertahap

- Mengukur kembali kepemilikan sebelumnya pada nilai wajar tanggal akuisisi.

- Selisih antara hasil pengukuran kembali tersebut dengan nilai tercatat sebelumnya diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.

Kepemilikan diukur pada nilai wajar saat perolehan ( tidak ada pengukuran kembali)

Pengukuran kepentingan non-pengendali

- Berdasarkan nilai wajar, atau

- Berdasarkan proporsi aset neto teridentifikasi

Berdasarkan nilai tercatat aset neto

Goodwill

- Goodwill = Biaya akuisisi – jumlah neto aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih.


 

- Goodwill diuji penurunan nilai setiap akhir periode

- Goodwill = Biaya akuisisi – nilai wajar aset dan liabilitas – hak minoritas (berdasarkan nilai tercatat aset dan liabilitas).

- Goodwill diamortisasi selama 5 sd 20 tahun.


 

Goodwill negatif

Diakui sebagai keuntungan periode berjalan

Diakui sebagai pendapatan ditanguhkan dan diamortisasi selama 20 tahun.


 

Download Sekarang.

ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan

PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan menggantikan PSAK 23 (1994): Pendapatan.


 

Secara umum ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak banyak perubahan dengan PSAK 23 (1994): Pendapatan, namun ED PSAK 23 (revisi 2009) sudah dilengkapi lampiran yang diadopsi dari Appendix IAS 18: Revenue dan beberapa perbedaan sebagai berikut:


 

Perihal

ED PSAK 23 (revisi 2009)

PSAK 23 (1994)

Pendapatan bunga dari aset

TIdak diatur

Hasil efektif suatu aset merupakan tingkat bunga yang diperlukan untuk mendiskontokan aliran penerimaan kas di masa depan

Pengakuan dividen pada efek

Tidak diatur

Dividen pada efek ekuitas diumumkan dari penghasilan neto sebelum pembelian, dividen tersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut.


 

Download Sekarang.

ED PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud

Secara umum perbedaan ED PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud dengan PSAK 19 (2000): Aset Tidak Berwujud adalah sebagai berikut:


 

Perihal

ED PSAK 19 (revisi 2009)

PSAK 19 (revisi 2000)

Ruang lingkup

Termasuk aset tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan pemegang polis

Tidak termasuk aset tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan pemegang polis

Definisi

Nilai spesifik entitas adalah nilai sekarang dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari meneruskan menggunakan aset dan dari pertukaran aset tersebut pada akhir masa manfaatnya atau diharapkan muncul saat menetapkan kewajiban

Tidak menjelaskan definisi nilai spesifik

Keteridentifikasian

- Teridentifikasi secara individu atau keseluruhan.

- Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat ditransfer atau terpisah dari entitas atau dari hak & kewajiban lainnya

- Tidak menyebutkan secara individu atau keseluruhan.

- Tidak menjelaskan masalah kontrak dan hak legal

Perolehan terpisah

Contoh biaya yang dapat diatribusikan:

- Imbalan kerja karyawan (IAS 19)

- Biaya untuk menguji

- Imbalan profesional


 

Contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan:

- Biaya untuk memperkenalkan produk atau jasa baru

- Biaya memindahkan usaha ke tempat atau ke tingkat konsumen baru.

- Biaya administrasi dan overhead lainnya

Contoh biaya yang dapat diatribusikan:

- Imbalan profesional


 


 

Tidak terdapat contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan

Pengakuan biaya pada jumlah tercatat aset

Tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud:

- Biaya ditangguhkan sampai aset dapat digunakan sesuai keinginan manajemen.

- Kerugian awal operasi

Tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud:

- Selisih antara total pembayaran dengan nilai tunai dalam hal pembayaran ditangguhkan melebihi periode penjualan kredit normal

Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis

- Harga perolehan adalah nilai wajar pada saat akuisisi

- Pihak pengakuisisi mengakui aset terpisah dari goodwill dalam proses penelitian & pengembangan pemberi aset

Tidak membahas akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis

Teknik mengukur nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis

- menerapkan beberapa gambaran transaksi saat ini ke dalam indikator yang mengarahkan profitabilitas aset

- mengurangi perkiraan arus kas yang akan datang dari aset

Tidak membahas tekhnik untuk mengukur nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis

Akuisisi dengan hibah pemerintah

- Pemerintah mengalokasikan aset tak berwujud kepada entitas

- Entitas dapat mengakui harga perolehan dengan nilai wajar atau nilai nominal

Tidak terdapat aturan mengenai hibah pemerintah

Aset tak berwujud diperoleh melalui pertukaran

Harga perolehan diukur dengan nilai wajar, kecuali:

- Transaksi kurang mengandung substansi komersial

- Nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan tidak dapat diandalkan

Harga perolehan sebesar nilai wajar aset yang diterima

Pengeluaran setelah perolehan

Dihapus karena telah dijelaskan dalam paragraf lain dalam IAS 38

Pengeluaran yang tidak diakui sebagai beban:

- Pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomis di masa depan

- Pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal

Pengukuran setelah pengakuan

Entitas dapat memilih model harga perolehan atau model revaluasi

Entitas hanya dapat menggunakan model harga perolehan

Masa manfaat ekonomis

Entitas dapat menentukan:

- Masa manfaat terbatas

- Masa manfaat tidak terbatas

Umumnya tidak melebihi 20 tahun

Masa manfaat tak terbatas

- Tidak diamortisasi

- Pengujian penurunan nilai aset setiap tahun & ketika terdapat indikasi penurunan nilai

Tidak terdapat ketentuan mengenai hal ini

Mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali

Tidak terdapat ketentuan mengenai hal ini

Setiap tahun dilakukan penilaian terhadap:

- Aset tak berwujud yang belum digunakan.

- Aset tak berwujud yang diamortisasi lebih dari 20 tahun

Penghentian dan pelepasan

- Keuntungan dari pelepasan tidak diklasifikasikan sebagai revenue (diakui sebagai gain / loss)

Tidak terdapat aturan mengenai hal ini


 

Download Sekarang.

ED PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing

PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
menggantikan PSAK 1o (1994): Transaksi Dalam Mata Uang Asing. PSAK 11 (1994): Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998): Mata Uang Pelaporan.


 

Secara umum perbedaan ED PSAK 10 (revisi 2009) Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing dengan PSAK 10 (1994) Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994) Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998) Mata Uang Pelaporan, dan ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs adalah sebagai berikut:


 

Perihal

ED PSAK 10 (revisi 2009)

PSAK 10 (1994), PSAK 11 (1994), PSAK 52 (1998). Dan ISAK 4 (1997)

Referensi

ED PSAK 10 (revisi 2009) mengadopsi IAS 21: The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates

PSAK 10 (1994) dan PSAK 11 (1994) mengadopsi IAS 21 (revisi 1993): The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates, PSAK 52 (1998) mengadopsi SFAS 52: Foreign Currency Translation, ISAK 4 (1997): Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif perlakukan yang diizinkan atas selisih kurs.

Ruang Lingkup

Mengecualikan transaksi derivatif dan saldo dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006).

Tidak ada pengecualian tersebut.

Penjabaran hasil dan posisi keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan.

Tidak ada pengecualian tersebut.

Tidak diterapkan pada akuntasi lindung nilai (hedge) pada mata uang asing, termasuk lindung nilai dari investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri

PSAK 10: mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge.

Definisi

Terdapat definisi nilai tukar spot

Tidak terdapat definisi nilai tukar spot

Penguraian

- Investasi neto di dalam suatu kegiatan usaha luar negeri

- Pos-pos moneter.

Tidak menguraikan definisi tersebut.

Hirarki indikator dalam penentuan suatu mata uang fungsional:

1.(a) Mata uang:

(i) yang sebagian besar mempengaruhi          harga jual untuk barang dan jasa.

(ii) dari suatu negara yang mempunyai          kekuatan persaingan dan UU          sebagian besar menentukan harga          penjualan.

(b) Mata uang yang sebagian besar          mempengaruhi tenaga kerja,          material dan biaya lain.

2.(a) Mata uang yang danannya          dihasilkan dari aktivitas pendanaan.

(b) mata uang yang diterima dari          aktivitas operasi yang pada          umumnya ditahan.

PSAK 52 (8): ada 3 indikator mata uang fungsional:

  1. Indikator arus kas
  2. Indikator harga jual
  3. Indikator biaya

Mata Uang Fungsional

- Jika indikator – indikator tersebut masih belum bisa menentukan mata uang fungsional secara jelas maka menggunakan professional judgment manajemen.

 

Perubahan dalam mata uang fungsional

Entitas menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan

TIdak ada pengaturan tersebut.

Pengukuran dan penyajian mata uang

- Pengukuran mata uang menggunakan mata uang fungsional.

- Penyajian mata uang dapat menggunakan mata uang selain mata uang fungsional

Pengukuran dan penyajian mata uang menggunakan Rupiah. Entitas dapat menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai mata uang fungsional.

Kapitalisasi selisih kurs

Tidak diatur

Selisih kurs yang disebabkan devaluasi atau depresiasi luar biasa dimana tidak mungkin dilakukan lindung nilai dikapitalisasi ke aset yang bersangkutan.

Prosedur pengukuran kembali

Tidak diatur secara eksplisit

Terdapat peraturan prosedur untuk pengukuran kembali (remeasurment)


 

Download Sekarang.

ED PSAK 7 (REVISI 2009): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dengan PSAK 7 (1994): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah sebagai berikut:


 

Perihal

ED PSAK 7 (revisi 2009)

PSAK 7 (1994)

Ruang Lingkup

Mensyaratkan pengungkapan kompensasi terhadap manajemen kunci

Tidak mengatur

Definisi

- Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

- Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

- Anggota dekat orang-orang tersebut.

- Kompensasi

- Pengendalian

- Pengendalian bersama

- Anggota manajemen kunci

- Pengaruh signifikan

- Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

- Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

- Pengendalian.

- Pengaruh signifikan

Pihak-pihak yang bukan sebagai pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa

- Dua entitas yang mempunyai direksi atau personal manajemen kunci yang sama atau manajemen kunci tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain.

- Dua venturer yang mempunyai pengendalian bersama atas suatu ventura bersama.

- Departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor

- Tidak diatur.


 


 


 


 


 

- Tidak diatur


 


 

- Departemen dan instansi pemerintah

Pengungkapan

Mensyaratkan pengungkapan lebih jelas mengenai:

- Saldo transaksi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta syarat dan kondisinya.

- Detail setiap garansi yang diterima dan diberikan.

- Penyisihan piutang ragu-ragu

- Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau oleh entitas atas nama pihak lain

Tidak diatur

Pengungkapan pihak-pihak yang terkait yang diperlakukan setara dengan pihak dalam transaksi yang wajar (arm's length transaction)

Tidak diatur

Pengakuan beban selama periode berjalan atas piutang ragu-ragu atau penghapusan piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Tidak diatur

Klasifikasi pengungkapan atas pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Tidak diatur

Pengungkapan

Nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak. Pihak yang paling mengendalikan. Jika entitas induk maupun pihak pengendali utama menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya (next most senior parent) juga harus diungkapkan

Tidak diatur


 

Download Sekarang.


 

Subscribe to updates